Sebelumnya tulisan ini tidak bermaksud untuk diskriminasi ras ataupun menjelek-jelekkan ras lain. Kita harus ingat bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam ras dan kita sebagai bangsa Indonesia harus menghormati perbedaan itu. Kisah ini atau tulisan ini hanya bermaksud untuk menunjukkan bahwa kaum minoritas walaupun jumlahnya kecil tetapi justru bisa berperan penting dalam suatu komunitas dan bukannya dikucilkan oleh kaum mayoritas.
Kisah ini terjadi di salah satu sebuah SMA swasta terkenal di Semarang.
Di sekolah ini murid-muridnya lebih banyak yang berasal dari ras cina lalu lainnya ada jawa, batak ataupun lainnya tetapi jumlahnya sedikit. Di sekolah ini ras cina menjadi kaum mayoritas karena jumlahnya yang banyak. Di sekolah ini memang sudah diajarkan untuk tetap saling menghormati perbedaan-perbedaan yang ada baik itu perbedaan ras maupun agama, mayoritas agama katolik ada di sekolah ini.
Tetapi yang terjadi adalah kaum minoritas jawa lebih banyak berperan penting dari pada kaum mayoritas di sekolah ini. Kaum minoritas jawa ini lebih dihormati dan tidak dikucilkan oleh kaum mayoritas karena kebanyakan dalam suatu komunitas kaum minoritas justru dikucilkan oleh kaum mayoritas. Pergaulan di sekolah ini pun tidak saling membeda-bedakan semua yang ada di sekolah ini semuanya merupakan satu keluarga dan ini menyebabkan jarang terjadi konflik antar murid.
Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kaum minoritas di sekolah ini banyak berperan penting terlihat dari ketua OSIS yang ada di sekolah ini adalah orang jawa dan beragama islam. Kita lihat bahwa dia mampu mengalahkan saingan-saingan yang mayoritas dan di sini terlihat bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas.
Kita lihat saja suatu kumpulan ikan, misalnya saja dalam kumpulan ikan itu terdapat banyak jenis ikan gurame, tetapi ada beberapa ikan yang bukan merupakan jenis gurame dan jumlahnyapun sedikit. Jika kita lihat justru dengan ada beberapa ikan jenis yang lain itu justru menjadikan kumpulan ikan itu lebih menarik dan ikan-ikan dengan jenis lain itu pun terlihat istimewa, tetapi dengan syarat jangan sampai ikan-ikan minoritas itu tertutup oleh ikan-ikan mayoritas dan mereka harus bisa terlihat agar mereka tampak istimewa.
Dengan ilustrasi seperti itu kita bisa lihat bahwa di sekolah dari kisah tadi kaum minoritas jawa bisa terlihat dan tidak tertutup dari kaum mayoritas, artinya kaum minoritas jawa ini bisa berperan penting dalam sekolah dan tidak kalah dari kaum mayoritas. Kaum minoritas ini berhasil mengambil peran penting yang tentunya dicapai dengan perjuangan. Mereka tentunya berpikiran bahwa dengan jumlah mereka yang sedikit mereka harus bisa lebih menonjol dari mereka yang berjumlah lebih banyak. Itulah dasar pemikiran mereka yang menyebabkan mereka terus berusaha agar mereka bisa terlihat di antara kaum mayoritas.
Tidak salah jika kita berada di tempat atau di komunitas yang menempatkan kita sebagai kaum minoritas, kita jangan merasa terkucil dengan keberadaan kita, yang harus kita lakukan bukan merasa terkucil tetapi munculkanlah perasaan bahwa kita adalah kaum besar yang mengambil peran penting dalam suatu komunitas.
Kisah ini terjadi di salah satu sebuah SMA swasta terkenal di Semarang.
Di sekolah ini murid-muridnya lebih banyak yang berasal dari ras cina lalu lainnya ada jawa, batak ataupun lainnya tetapi jumlahnya sedikit. Di sekolah ini ras cina menjadi kaum mayoritas karena jumlahnya yang banyak. Di sekolah ini memang sudah diajarkan untuk tetap saling menghormati perbedaan-perbedaan yang ada baik itu perbedaan ras maupun agama, mayoritas agama katolik ada di sekolah ini.
Tetapi yang terjadi adalah kaum minoritas jawa lebih banyak berperan penting dari pada kaum mayoritas di sekolah ini. Kaum minoritas jawa ini lebih dihormati dan tidak dikucilkan oleh kaum mayoritas karena kebanyakan dalam suatu komunitas kaum minoritas justru dikucilkan oleh kaum mayoritas. Pergaulan di sekolah ini pun tidak saling membeda-bedakan semua yang ada di sekolah ini semuanya merupakan satu keluarga dan ini menyebabkan jarang terjadi konflik antar murid.
Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kaum minoritas di sekolah ini banyak berperan penting terlihat dari ketua OSIS yang ada di sekolah ini adalah orang jawa dan beragama islam. Kita lihat bahwa dia mampu mengalahkan saingan-saingan yang mayoritas dan di sini terlihat bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas.
Kita lihat saja suatu kumpulan ikan, misalnya saja dalam kumpulan ikan itu terdapat banyak jenis ikan gurame, tetapi ada beberapa ikan yang bukan merupakan jenis gurame dan jumlahnyapun sedikit. Jika kita lihat justru dengan ada beberapa ikan jenis yang lain itu justru menjadikan kumpulan ikan itu lebih menarik dan ikan-ikan dengan jenis lain itu pun terlihat istimewa, tetapi dengan syarat jangan sampai ikan-ikan minoritas itu tertutup oleh ikan-ikan mayoritas dan mereka harus bisa terlihat agar mereka tampak istimewa.
Dengan ilustrasi seperti itu kita bisa lihat bahwa di sekolah dari kisah tadi kaum minoritas jawa bisa terlihat dan tidak tertutup dari kaum mayoritas, artinya kaum minoritas jawa ini bisa berperan penting dalam sekolah dan tidak kalah dari kaum mayoritas. Kaum minoritas ini berhasil mengambil peran penting yang tentunya dicapai dengan perjuangan. Mereka tentunya berpikiran bahwa dengan jumlah mereka yang sedikit mereka harus bisa lebih menonjol dari mereka yang berjumlah lebih banyak. Itulah dasar pemikiran mereka yang menyebabkan mereka terus berusaha agar mereka bisa terlihat di antara kaum mayoritas.
Tidak salah jika kita berada di tempat atau di komunitas yang menempatkan kita sebagai kaum minoritas, kita jangan merasa terkucil dengan keberadaan kita, yang harus kita lakukan bukan merasa terkucil tetapi munculkanlah perasaan bahwa kita adalah kaum besar yang mengambil peran penting dalam suatu komunitas.