Thank you!

hello welcome to my blog, do not forget to give comments and follow my blog thanks a lot ...

Minimal Design

hello welcome to my blog, do not forget to give comments and follow my blog thanks a lot ...

Download high quality wordpress themes at top-wordpress.net

hello welcome to my blog, do not forget to give comments and follow my blog thanks a lot ...

Easy to use theme’s admin panel

hello welcome to my blog, do not forget to give comments and follow my blog thanks a lot ...

Prev Next
A Post Without Image

Arti PUNK


Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Gaya hidup dan Ideologi

Psikolog brilian asal Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.

Punk di Indonesia

Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi's, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.



A Post Without Image

Anak Jalanan

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.

Pengelompokan
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.
Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

A Post Without Image

Etnis Tionghoa di Indonesia

Asal kata

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang Cina.
Sekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Cina, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

Populasi Tionghoa di Indonesia
Berdasarkan Volkstelling (sensus) di masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia di tahun 1930. Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada tahun 1961.
Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya responden sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia.

Daerah konsentrasi

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan adalah: Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.
  • Hakka - Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado, Ambon dan Jayapura.
  • Hainan - Pekanbaru, Batam, dan Manado.
  • Hokkien - Sumatera Utara, Riau ( Pekanbaru Selatpanjang, Bagansiapiapi, dan Bengkalis), Padang, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali (terutama di Denpasar dan Singaraja), Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon.
  • Kantonis - Jakarta, Makassar dan Manado.
  • Hokchia - Jawa (terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya).
  • Tiochiu - Sumatera Utara, Riau, Riau Kepulauan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat (khususnya di Pontianak dan Ketapang).
Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga warna kulit mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa, Sunda dan Melayu.

A Post Without Image

Suku Dani di Lembah Baliem Wamena Papua

“Sebuah Kajian Penelusuran Sejarah Peradapan Nenek Moyang Suku Dani Yang Mendiami Wilayah Lembah Baliem Wamena”
Pulau Papua Merupakan Pulau kedua terbesar di Dunia setelah P.Greenland yang terbentuk pada zaman Yura (180 Juta Tahun Yang lalu). Sedangkan Manusia telah hidup di Dunia \sejak zaman kuarter pada kala Pleistosen 2,5-3 Juta Tahun Yang Lalu (Manusia Purba) dan Holosen(0,1 Juta Tahun Yang Lalu/Manusia Modern). Namun Apakah Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem ini telah ada sejak zaman ini? Tentunya hal ini tidak dapat dibuktikan tidak pernah ditemukannya fosil-fosil manusia purba di P.Papua.
Menurut para ahli sejarah awalnya pulau-pulau di Indonesia, Kepulauan pasifik hingga Australia hingga Papua merupakan pulau-pulau kosong yang tidak berpenghuni. Gelombang-gelombang penghuni pertama pulau-pulau ini berasal dari Dataran China dan Benua Afrika yang datang antara 30.000 sampai 40.000 Tahun yang lalu. Sedangkan Manusia yang menghuni pulau Papua baru ditemukan pada abad ke 19.
Bagaimana dengan Suku Dani yang mendiami daerah Lembah Baliem?
Peradapan Manusia Papua, Khususnya Suku Dani yang mendiami daerah lembah baliem merupakan peradapan Suku yang bisa dikatakan masih sangat baru.
Suku Dani yang mendiami daerah Lembah Baliem merupakan salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua Selain Suku Dani Wilayah Pegunungan Tengah Papua didiami oleh suku, Ekari, Moni, Damal, Amugme dan beberapa sub suku lainnya.
Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem dan sekitarnya diperkirakan merupakan suku yang berasal dari wilayah Timur Lembah Baliem atau di kenal dengan nama daerah yali (pada saat ini masuk dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahokimo). Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang sering dibicakan oleh orang tua2 bahwa nenek moyang suku dani berasal dari orang Yali.
Mitos menceritakan bahwa orang pertama/ manusia pertama suku Dani bernama Pumpa (Pria) dan Nali nali(Wanita) yang masuk ke Lembah Baliem dari arah timur melalui sebuah Goa. Ada beberapa sumber yang mengatakan Goa pertama tempat keluarnya manusia pertama ini berasal dari Goa Kali Huam (Daerah Siepkosy), ada pula yang mengatakan dari Goa di Daerah Pugima dan sebagian mengatakan bahwa keluarnya Manusia pertama suku dani ini berasal dari dari Pintu masuk angin di daerah Kurima.

Kurangnya penelitian agak menyulitkan diambilnya suatu keputusan asal usul suku Dani, keberadaan pulau papua sendiri baru ditemukan pada tahun 1511 oleh bangsa portugis dalam perjalananya mencari rempah-rempah. Sedangkan suku Dani sendiri baru ditemukan pada tahun 1954 oleh Lourentz pada saat melakukan ekspedisi ke G.Trikora.
Sampai dengan saat ini diperkirakan Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem merupakan Generasi ke 5 Suku Dani, bila ditarik dari cerita-cerita peradapan Nenek Moyang Suku Dani.
Dengan Perkembangan Teknologi yang sangat pesat, dimana peradapan Suku Dani yang kala itu masih berada pada Zaman Batu dihadapkan pada peradapan Kehidupan modern, langsung melewati beberapa tahapan peradapan tentunya menjadi sebuah ancaman serius bagi Suku Dani dalam peradapan Suku yang semakin melupakan Budayanya ini. Wah…wah…wah….(Created By : Vincent Kosay’99)
(Sumber : Berdasarkan cerita-cerita rakyat dan dongeng2 yang disampaikan langsung kepada penulis, Thanks to; Tete Weakodek Kosay, Bapa Ade Agus Kosay, & Kaka Ipar Paul Elosak)

A Post Without Image

SUKU ASMAT DI PAPUA

KEHIDUPAN SUKU ASMAT

Suku asmat adalah sebuah suku di papua. suku asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. populasi suku asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. kedua populasi ini saling berbada satu sama lain dalam hal cara hidup,sturktur sosial dan ritual.populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi kedalam dua bagian yaitu suku bisman yang berada di antara sungai sinesty dan sungai nin serta suku simai.

Ada banyak pertentangan di antara desa asmat. yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai suku asmat membunuh musuhnya. ketika musuh bunuh, mayatnya dibawa kekampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. otaknya dibunngkus daun sago dan dipanggang kemudian dimakan.


sekarang biasanya di satu kampung dihuni kira-kira 100 sampai 1000 orang. setiap kampung punya satu rumah bujang dan banyak rumah keluarga. rumah bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri.


suku asmat meiliki cara yang sangat sederhana untukmerias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.

selain budaya, penduduk kampung syuru juga amat piawai membuat ukiran seperti suku asmat umumnya.
ukiran bagi suku asmat bisa menjadi penghubung antara kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. di setiap ukiran bersemayam citra dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran suku asmat.
patung dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. bagi suku asmat kala menukir patung adlah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yag ada di alam lain. itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah meninggal), dan Safar (surga).
percaya sebelum memasuki dusurga< arwah orang sudah meninggal akan mengganggu manusia. gangguan bisa berupa penyakit, bencana bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan mengelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat ulat sagu.

konon patung bis adalah bentuk patung yang paling sakral. namun kini membuat patung bagi suku asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi. sebab hasil ukiran itu juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. mereka tahu hasil ukiran tangan dihargai tinggi antara Rp. 100 ribu hingga jutaan rupiah diluar papua.


mata pencariannya


Kebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hitan< komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah.

A Post Without Image

Suku Kubu di Jambi

Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka mayoritas hidup di propinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang.
Menurut tradisi lisan suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat, yang m lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka berasal dari Pagaruyung, yang mengungsi ke Jambi. Ini diperkuat kenyataan adat suku Anak Dalam punya kesamaan bahasa dan adat dengan suku Minangkabau, seperti sistem matrilineal.
Secara garis besar di Jambi mereka hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra). Mereka hidup secara nomaden dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.
Kehidupan mereka sangat mengenaskan seiring dengan hilangnya sumber daya hutan yang ada di Jambi dan Sumatra Selatan, dan proses-proses marginalisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan suku bangsa dominan (Orang Melayu) yang ada di Jambi dan Sumatra Selatan.
Mayoritas suku kubu menganut kepercayaan animisme, tetapi ada juga beberapa puluh keluarga suku kubu yang pindah ke agama Islam

A Post Without Image

Sepenggal Kisah Kaum Minoritas Jawa

Sebelumnya tulisan ini tidak bermaksud untuk diskriminasi ras ataupun menjelek-jelekkan ras lain. Kita harus ingat bahwa Indonesia terdiri dari bermacam-macam ras dan kita sebagai bangsa Indonesia harus menghormati perbedaan itu. Kisah ini atau tulisan ini hanya bermaksud untuk menunjukkan bahwa kaum minoritas walaupun jumlahnya kecil tetapi justru bisa berperan penting dalam suatu komunitas dan bukannya dikucilkan oleh kaum mayoritas.
Kisah ini terjadi di salah satu sebuah SMA swasta terkenal di Semarang.
Di sekolah ini murid-muridnya lebih banyak yang berasal dari ras cina lalu lainnya ada jawa, batak ataupun lainnya tetapi jumlahnya sedikit. Di sekolah ini ras cina menjadi kaum mayoritas karena jumlahnya yang banyak. Di sekolah ini memang sudah diajarkan untuk tetap saling menghormati perbedaan-perbedaan yang ada baik itu perbedaan ras maupun agama, mayoritas agama katolik ada di sekolah ini.
Tetapi yang terjadi adalah kaum minoritas jawa lebih banyak berperan penting dari pada kaum mayoritas di sekolah ini. Kaum minoritas jawa ini lebih dihormati dan tidak dikucilkan oleh kaum mayoritas karena kebanyakan dalam suatu komunitas kaum minoritas justru dikucilkan oleh kaum mayoritas. Pergaulan di sekolah ini pun tidak saling membeda-bedakan semua yang ada di sekolah ini semuanya merupakan satu keluarga dan ini menyebabkan jarang terjadi konflik antar murid.
Beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kaum minoritas di sekolah ini banyak berperan penting terlihat dari ketua OSIS yang ada di sekolah ini adalah orang jawa dan beragama islam. Kita lihat bahwa dia mampu mengalahkan saingan-saingan yang mayoritas dan di sini terlihat bahwa kualitas lebih penting dari pada kuantitas.
Kita lihat saja suatu kumpulan ikan, misalnya saja dalam kumpulan ikan itu terdapat banyak jenis ikan gurame, tetapi ada beberapa ikan yang bukan merupakan jenis gurame dan jumlahnyapun sedikit. Jika kita lihat justru dengan ada beberapa ikan jenis yang lain itu justru menjadikan kumpulan ikan itu lebih menarik dan ikan-ikan dengan jenis lain itu pun terlihat istimewa, tetapi dengan syarat jangan sampai ikan-ikan minoritas itu tertutup oleh ikan-ikan mayoritas dan mereka  harus bisa terlihat agar mereka tampak istimewa.
Dengan ilustrasi seperti itu kita bisa lihat bahwa di sekolah dari kisah tadi kaum minoritas jawa bisa terlihat dan tidak tertutup dari kaum mayoritas, artinya kaum minoritas jawa ini bisa berperan penting dalam sekolah dan tidak kalah dari kaum mayoritas. Kaum minoritas ini berhasil mengambil peran penting yang tentunya dicapai dengan perjuangan. Mereka tentunya berpikiran bahwa dengan jumlah mereka yang sedikit mereka harus bisa lebih menonjol dari mereka yang berjumlah lebih banyak. Itulah dasar pemikiran mereka yang menyebabkan mereka terus berusaha agar mereka bisa terlihat di antara kaum mayoritas.
Tidak salah jika kita berada di tempat atau di komunitas yang menempatkan kita sebagai kaum minoritas, kita jangan merasa terkucil dengan keberadaan kita, yang harus kita lakukan bukan merasa terkucil tetapi munculkanlah perasaan bahwa kita adalah kaum besar yang mengambil peran penting dalam suatu komunitas.